Orang ketika dituduh terlalu mengejar dunia pasti ia kan mengelak dan tidak mengakuinya, karena segenap kaum muslimin mengetahui bahwa terlalu tamak kepada dunia itu hal yang tercela.
Lantas bagaimana kita mengetahui orang tersebut terlalu tamak dunia? Kita lihat pada sikapnya.
Sikap yang bagaimana? Sikap yang mengentengkan akhirat mengutamakan dunia, misalnya begini seperti di desa saya, petani-petani yang pergi kesawah terutama di waktu sore. Mereka pergi ke sawah kebiasaannya seusai shalat zuhur, waktu pulangnya terkadang waktu azan magrib. Shalat asarnya? Yach ditinggalkan.
Jadi tamak terhadap dunia tidak selalu identik dengan orang kaya yang rumahnya menjulang, juga orang miskin yang meninggalkan shalat hanya karena pekerjaannya juga disebut orang yang tamak dunia.
Terlalu tamak terhadap dunia merupakan akibat dari kecintaannya terhadap dunia, ia melupakan bahwa dunia ini adalah sementara dan tempat yang abadi hanya khirat, dunia ini Cuma tempat mencari bekal untuk akhirat.
Diriwayatkan Rasulullah saw dan para sahabat melewati bangkai kambing. Beliau berkata, “Tidakkah kalian melihat kambing ini hina bagi pemiliknya?” Para sahabat menjawab, “Benar.” Rasulullah bersabda, “Demi zat yang menguasai diriku, sesungguhnya dunia itu lebih hina bagi Allah daripada kambing ini bagi pemiliknya. Seandainya dunia ini di sisi Allah dengan seekor nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberikan minuman kepada orang kafir dari dunia seteguk air pun.”
Teupin Punti, 26 Desember 2013