Shalat sunat ba’diyah isya saya barusan agak sedikit terganggu, kusyu’ saya hilang dikarenakan anak-anak yang berbuat keributan di ketika kami shalat isya salah satunya menangis. Penyebabnya temannya memukulnya, beberapa santri kelas 1 mencoba mendiamkannya, namun anak itu tetap saja menangis sambil berteriak-teriak “si Haikal...!, si Haikal…!” Menyebut nama temannya yang memukulnya. Lantas salah satu santri berkata “pukul balas si Haikal” mencoba merayunya untuk diam.
Dalam benak saya, beginakah cara mendiamkan anak kecil yang menangis, tidak ada cara lain? Kenapa harus dengan cara menyuruhnya untuk membalas perlakuan jahat temannya.
Tanpa sadar kita telah mengajari anak-anak menjadi seorang pendendam, setiap ada orang yang berbuat jahat kepadanya seakan harus dibalas dengan setimpal.
Tentu saja bukan, karena tidak setiap kejahatan dituntut untuk membalasnya. Walaupun ada kejahatan yang memang dituntut balasan seperti pada qisas.
Namun pada kejahatan-kejahatan yang lain yang dituntut adalah memberi kemaafan kepada pelaku kejahatan, bukankah Rasulullah telah memberi contoh kepada kita, bagaimana Rasulullah dihina, diejek, dipukul, bahkan dilemper dengan taik unta, namun Rasulullah bersabar tidak memabalasnya. Bahkan dengan sikap ini membawa hikmah masuknya orang-orang musyrik dalam agama islam.
Jadi mulai sekarag mari kita ubah sikap kita mengajari anak-anak, ajarilah mereka menjadi seorang pemaaf, dan jangan ajari mereka menjadi seorang pendendam.
Darul Huda, 10 Januari 2013
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar