Jumat, 18 Januari 2013

Melakukan shalat istisqa'

Indonesia adalah negara tropis yang berada tepat pada garis khatulistiwa, makanya Indonesia memiliki dua musim;musim penghujan dan musim kemarau. Ketika musim penghujan, mungkin kita tidak khawatir dengan persediaan air bahkan yang kita khawatirkan bila curah hujan tinggi akan terjadinya banjir. Namun ketika memasuki musim kemarau, persediaan air semakin sedikit. Terkadang air yang ada tidak mencukupi, maka di ketika itu kita disunatkan untuk melakukan shalat istisqa’.
Salat istisqa’ adalah shalat meminta hujan ketika air sudah tidak ada lagi, atau persediaan air tidak lagi mencukupi. Juga shalat istisqa’ dilakukan ketika air yang biasanya tawar kini berubah menjadi asin.
Langkah pertama yang dilakukan, imam memerintahkan kepada seluruh masyarakat untuk bertaubat, bersedekah, keluar dari kezaliman, berdamai dengan musuh-musuh dan berpuasa tiga hari. Pada hari yang keempat imam keluar bersama manusia menuju lapangan dengan memakai pakaian yang biasa (maksudnya, bukan pakaian bagus), dan dengan rendah hati, khusyu’ dan tawadhhu’.
Kemudian dilaksanakanlah shalat dua rakaat sama seperti shalat hari raya, seusai shalat imam berdiri, berkhutbah sama juga dengan khutbah hari raya, namun imam menggantikan pada takbir dengan istighfar. Pada pertengan khutbah, khatib disunatkan untuk membalik rida’nya, dari posisi bawah ke atas, kanan ke kiri, juga khatib diperintahkan untuk memperbanyak istighfar. Dan berdoa dengan doa Rasulullah.
اللَّهُمَّ اجْعَلْها سُقْيا رَحْمَةٍ وَلا تَجْعَلْها سُقْيا عَذَابٍ وَلا مَحقٍ وَلا بَلاءٍ، وَلا هَدْمٍ وَلا غَرَقٍ، اللَّهُمَّ عَلى الظِّرَابِ وَالآكَامِ وَمَنَابِتِ الشّجَرِ وَبُطُونِ الأودِيَةِ، اللَّهُمَّ حَوَالَيْنا وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنا غَيْثاً مغِيثاً هَنِيئاً مَرِيئاً مُرِيعاً سَحّاً عامّاً غَدَقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً دائماً إلى يَوْمِ الدِّينِ، اللَّهُمَّ اسْقِنا الغَيْثَ وَلا تَجعَلْنا مِنَ القَانِطِينَ، اللَّهُمَ إنَّ بِالعِبادِ وَالبِلاَدِ مِنَ الجهْدِ وَالْجوعِ والضّنْكِ ما لا نَشْكُو إلاّ إلَيْكَ، اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضّرْعَ وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكاتِ السَّمَاءِ وَأنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنّا مِنَ البَلاءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً فَأَرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً وَيَغْتَسِلُ في الوَادِي إذَا سالَ وَيُسَبِّحُ للرَّعْدِ وَالبَرْقِ
Bila setelah sahalat istisqa’, hujan tidak juga turun, disunatkan untuk mengulangnya hingga hujan pun turun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar