Minggu ini terasa berbeda bagi mak minah, pasalnya anaknya yang pergi merantau entah ke negeri mana pulang. Beberapa hari belakangan ini mak minah disibukkan dengan membersihkan rumah, mulai dari pekarangan rumah hingga belakang rumah untuk menyambut anaknya pulang.
“Mak aku sudah sampai” suara itu mengejutkan mak minah yang sedang mengayam tikar, anaknya masuk ke rumah tanpa memberi salam. “oh..kau, kapan sampai juga, ibu sudah sangat merindukanmu”.
“duduk dulu nak, istirahatlah, biarlah ibu buatkan untukmu teh manis” kata ibunya. “iya buk, saya masukkan dulu barang-barang saya kedalam” kata anaknya sambil mendorong koper-koper besar kedalam
Kampung itu geger dengan kepulangan Munir, yang sudah pergi merantau 10 tahun lalu, sekarang anaknya shalat bolog-bolon, apalagi shalat subuh, malam sukanya berkeluyuran.
“Aku tidak menyangka dia akan pulang” kata salah ibu yang sedang membeli sayur. “oh.. aku juga begitu, aku berpikir dia sudah melupakan ibunya”
Ibu tidak menghiraukan sama sekali gosip-gosip murahan ibu-ibu pembeli sayur itu, yang ia rasakan kini hanyalah kesenangan, anak semata wayangnya kini pulang, menemani dirinya sendiri.
“Mak, rumah ini kita rehab saja !” Tanya Munir pada maknya. “terserah engkau munir, ibu tak mengharapkan rumahmu, sudah taukan umur ibumu sudah 80 puluh?, dari mana uang kau banyak sekali” sahut Maknya. “Munir kerja mak, sudah sepuluh tahun merantau” jawab Munir. “lantas kerja apa kamu nak, hingga uangmu sebanyak itu?” lanjut Mak-nya. Munir pun masuk kedalam kamarnya, tanpa menyahut pertanyaan ibunya.
Kebahagian ibu sedikit berkurang, anaknya yang kini bukanlah yang sepuluh tahun yang lalu, ia telah berubah. Rumah ibu sekarang bising, beberapa mobil mondar-mandir masuk ke pekarangan rumahnya, membawa batu, bata, pasir. Rencana rehab rumah tidak tanggung-tanggung, katanya mau membikin rumah dua tingkat.
“Heran saya, emangnya si munir emangnya kerja apa ? hingga kayanya sebegitu, kemarin pulangnya dengan mobil mewah, hari ini mau rehab rumah?” Tanya salah satu ibu-ibu yang sedang memilih sayur. “entah lah, mungkin menang Togel bu…!” sahut ibu yang lain.
Umurnya yang sudah tua tidak menghalangi sang ibu untuk beraktivitas seperti biasanya, mulai menyapu rumah, halaman rumah hingga kebelakang rumah, membelah kayu, memasak. Hari ini ibu ketika membersihkan kamar Munir, ibu heran dengan barang-barang yang ada tergeletak diatas mejanya, ada semacam obat, dan serbuk serta jarum. Ibu tidak tau apa semua ini.
“ Apa tuh yang ada dimeja dalam kamarmu” Tanya mak pada munir saat makan siang. Mendengar pertanyaan itu Munir terkejut “oh..itu Mak obat sakit kepala, yang serbuk itu penglaris jodoh”. “lantas untuk apa jarum itu” Tanya Mak lagi. “untuk vaksin ayam Mak”.
Mak semakin tidak mengerti, rumahnya kini menjadi ramai, banyak orang-orang yang datang kerumahnya, katanya ingin bertransaksi dengan anaknya. "Mau membeli obat sakit kepala kenapa harus kesini, kan banyak dijual diwarung-warung" pikir Mak
Seperti biasa di warung bang Amat, ibu-ibu pembeli sayur “Tau gak ? si Munir katanya sedang diburon oleh polisi “ Mak Ruhana memulai gosipnya. “kenapa?” sahut Mak hindun. “entahlah, kabarnya Si Munir dalam kasus kejahatan.
Azan subuh berkumandang, Mak Minah bangun seperti biasanya, berwudhu’ dan melakukan shalat, entah kenapa hari ini setelah subuh, Mak Minah ngantuk, sehingga terlelap tidur, dan lupa membangunkan si Munir untuk shalat subuh.
“Astaghfirullah, sudah pukul 8:00, mak Minah terjaga dari tidurnya” . dengan cepat-cepat Mak Minah Pergi Ke kamar Munir untuk membangunkan Munir, walaupun Munir selalu tidak shalat subuh.
Dibuka pintu kamar Munir yang tidak terkunci, dan betapa terkejut Mak ketika melihat anaknya, Munir mulutnya berbusa-busa “sejak kapan anakku berpenyakit ‘pungoe bui’”
Mak Minah bergegas keluar rumah, memanggil dokter yang dekat rumahnya. Dokter yang dipanggil Mak Minah bergegas ke rumah Mak Minah, melihat kondisi Munir yang diceritakan oleh ibunya tiba-tiba mengidap pungoe bui, sesampainya di rumah Makminah sang Dokter langsung memeriksa kondisi Munir.
“Innalillahi wainna ilahi rajiu’n, Mak Minah si Munir ini over dosis dengan pil ekstasi, bukannya pungoe bui”
Mak Minah semakin tidak mengerti, apa itu over dosis, apa itu pil ekstasi, tiba-tiba mata Mak Minah gelap, dan Mak Minah pun rubuh.
Darul Huda,15 Desember 2012
Kosa kata :
Pungoe bui : epilepsi
Thanks gan infonya Jangan lupa Kunjungi balik http://mochamadefendi.blogspot.com/
BalasHapus