Walaupun
amal maulid itu belum ada di kerjakan pada zaman nabi,tetapi pekerjaan itu di
anjurkan oleh allah dan rasul secara umum.
Walaupun
tidak ada nash yang nyata ,tetapi secara tersirat allah dan rasulnya memng
menyeuruh kita untuk merayakan sesuatu hari yang menjadai peringatan-peringatan
bagi kita,umpama hari maulid,hari mi’raj,hari turunnya alquran,hari tahun baru
islam,hari a’syura dan lain-lain.
Banyak
dalil yang kita dapati yang berkaitan dengan masalah ini,diantaranya;
و حَدَّثَنِي ابْنُ
أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي
تَصُومُونَهُ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى
وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ
نَصُومُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ
أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Artinya
; dari ibnu abbas ra,beliau berkata,bahwasanya rasullullah ketika tiba di
madinah beliau dapati di sana orang yahudi puasa hari asyura,maka nabi bertanya
kepada mereka;hari apakah yang kamu puasa ini? Jawab mereka; ini hari besar di
mana allah membebaskan musa dan kaumnya dan telah mengkaramkan fir’un dan kaumnya,maka
musa berpuasa pada hari semacam ini karena bersyukur kepada allah dan kami pun
berpusa pula.lalu rasulullah SAW berkata; kami lebih berhak dan lebih patut
meng hormat musa di bandingkan kamu.maka nabi berpuasa pada hari asyura itu dan
beliau menyuruh ummat berpuasa pada hari itu,(H.R.bukhari dan muslim.susunan
kata –katanya di kitab muslim juzu’ 1 halaman 459-bukhari juzu’1 halaman 241)
Alhafizh
ibnu hajar alasqalani,yaitu pengarang syarah bukahri yang bernama fathul bari
mengatakan,bahwa dari hadist ini dapat di petik hukum;
1. Ummat islam di
bolehkan dan bahkan dianjurkan,agar memperingati hari-hari bersejarah,hari-
hari yang di anggap besar,umpama hari2 maulid,mi’raj dan lain2nya.
2. Nabipun
memperingati hari karamnya firun dan bebasnya musa,dengan melakukan puasa
asyura sebagai bersyukur atas hapusnya yang batil dan tegaknya yang hak.
Yang kedua;
nabi bersabda
63 -
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ
وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya
; belum sempurna iman seseorang kamu,kecuali kalau saya lebih di kasihinya di
banding familinya,dengan hartanya dan dengan manusian
keseluruhannya(H.R.bukhari dan muslim)
Di dalam
hadis ini di nyatakan bahwa iman itu belum sempurna pada dada seseorang,kecuali
kalau orang itu mencintai nabi muhammad,melebihi dari kasihnya kepada
familinya,hartanya dan seluruh manusia,
Maka iman
itu,ada dantidaknya,sempurna atau tidaknya tergantung isi hati sesorang,andai
kata ia mencintai nabi melebihi orang- orang lain,maka benar-benar imannya
adalah kamil,sudah sempurna,tetapi sebaliknya kalau ia lebih mencintai harta
bendanya,atau anak isterinya melebihi dari kasihnya kepada nabi muhammad
SAW.maka imannya itu kurang atau belum
ada sama sekali.
Merayakan
maulid nabi adalah kenyataan dari hati yng kasih kepada nabi dan satu tanda
bahwa imannya sudah sempurna
Orang yang
tidak beriman atau imannya tipis tentu tidak mau merayakan maulid nabi
,nauzubillah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar