Senin, 26 November 2012

kenali anak-anak setan...!


يأتي على الناس زمان يشاركهم الشياطين في أولادهم ، قيل وكائن ذلك يا رسول الله ؟ قال نعم ـ قالو وكيف نعرف أولادنا من أولادهم ؟ قال بقلة الحياء وقلة الرحمة
{أبو شيخ عن أبو هريرة } كنز العمال ج ١ ص ٢١٧

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :”Akan datang diatas manusia satu zaman yang mana manusia berkongsi dengan syaithan pada anak mereka, berkatalah seseorang: ada demikian ya Rasulullah ?, Rasulullah menjawab “ Ya”, dan bagaimana kami mengenal anak kami dari anak-anak syaitahn, Rasulullah menjawab “dengan sedikit malu dan sedikit rahmat”.
Membaca hadis diatas, timbul dalam pikiran kita, apakah zaman yang diprediksi oleh Rasul sudah datang ?
Memperhatikan perkembangan zaman yang sedang kita lalui, rasa-rasanya zaman itu sudahlah tiba, zaman yang setan dan manusia berkongsi pada anak mereka, sehingga cara membedakannya yaitu anak tersebut sedikit malu, dan sedikit rahmat.
Berbicara masalah malu, memang keadaan sekarang, rasa malu sudah begituu terkikis dari setiap orang, sebutkan saja contohnya seperti cowok dan cewek yang belum menikah tanpa rasa malu bermesraan didepan umum, berboncengan di jalan-jalan, bahkan sekarang tanpa rasa malu cowok pun sudah berani datang kerumah cewek, orang tuanya Cuma adem-adem ayem saja.
Orang tanpa malu meninggalkan shalat secara terang-terangan, meninggalkan puasa, berzina, mereka tidak malu lagi bila kemaksiatannya di ketahui oleh banyak orang.
Dalam hadis lain, dari Abu Mas’ud, Uqbah bin Amr Al Anshari Albadri, katanya: Rasulullah bersabda :
إن مما أدرك الناس من كلام النبوة الاولى إذا لم تستح فاصنع ما شئت {رواه البخاري}
Artinya :
Sesungguhnya dari apa yang telah didapat oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama adalah: Jika engkau tak punya mula, maka berbuatlah apa yang kamu mau.
Dan hadis ini  mengandung makna peringatan dan ancaman dari kurangnya rasa malu. Dan bahwa malu itu merupakan perilaku yang paling mulia dan hal yang paling sempurna. Karena itulah, nabi bersabda, yang artinya : Malu itu baik semuanya. Malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan. Dan telah disebutkan bahwa, malu itu cabang dari iman. Dan rasulullah itu lebih pemalu dari pada anak perawan di pingitannya. Dalam salah satu hadis disebutkan, bahwa jika Allah menghendaki kehancuran pada diri seorang hamba, maka Dia cabut rasa malu dari dirinya.
Seyogianya harus diperhatikan antara malu rasa malu yang sesuai syara’ dan rasa malu yang tercela. Karena ada rasa malu yang tercela menurut syariat, seperti malu untuk beramar ma’ruf dan nahi mungkar, padahal telah dipenuhi syarat-syaratnya. Ini sebenarnya bukan malu namun penakut. Dan ada pula malu untuk bertanya mengenai urusan agamanya yang penting diketahuinya. Karena Aisyah ra berkata : “ sebaik-baiknya wanita itu adalah wanita Anshar, karena mereka tidak dicegah oleh rasa malu untuk menanyakan tentang urusan agamanya”.
Dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim disebutkan : dari Ummu salmah ra, “Ummu Salim datang menemui Rasulullah lalu berkata : ‘Allah itu tidak malu dari yang benar, apakah seseorang wanita wajib mandi jika ia mimpi basah?’ Rasulullah menjawab: ‘Ya, kalau ia melihat air. ‘Ummu salim ini tidak malu untuk menanyakan tentang urusan agamanya.
Rasulullah penah melihat seseorang sedang memarahi saudaranya karena masalah malu. Lalu Beliau berkata: “Biarkan dia, karena malu itu bagian dari iman.” Maksudnya malu itu dari sebab-sebab asal iman dan akhlaknya, karena ia mencegah dari perbuatan yang keji dan mendorongnya kepada perbuatan kebajikan dan kebaikan, sebagaimana iman mencegah orang yang memilikinya dari melakukan perbuatan keji tersebut.
Malu yang paling umum itu adalah malu kepada Allah, yaitu jangan sampai Dia melihatmu sedang melakukan apa yang dilarangNya dan jangan sampai Dia tidak menemukanmu melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Rasullullah pernah bersabda kepada para sahabat beliau: “ Malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya. “mereka menjawab:”Ya Nabiyullah, kami semua telah malu, alhamdullah. “Beliau bersabda:’Bukan begitu, tetapi, malu kepada Allah yang sebenarnya itu adalah hendaknya engkau menjaga kepala dan muatannya, memelihara perut dan isinya, serta hendaklah engkau mengingat mati dan bangkai-bangkai. Siapa yang melakukan itu maka ia telah malu malu kepada Allah dengan sebenarnya-benarnya.”
Ketahuilah bahwa, orang ahli malu itu berbeda-beda tingkatannya menurut perbedaan keadaan mereka. Allah telah mengumpulkannya pada pribadi Nabi Muhammad SAW sifat malu naluriah yang lebih besar daripada malunya seseorang sesorang gadis perawan di dalam pingitannya, dan dalam sifat malu yang diusahakan menyampaikan kepada puncak pujian.
                                                Darul Huda, 15 Oktober, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar