Jak ta meureunoe dikee…!
Di tengah gempuran aliran sempalan wahabi, penyambutan bulan Maulid di Aceh masih semarak seperti dulu-dulunya. Sebulan sebelum memasuki bulan maulid, di desa-desa sudah diajarkan meudikee (berzikir) yang akan dibacakan ketika perayaan maulid, waktunya hampir sebulan. Namun bagi kami di Dayah belajar dikee Cuma membutuhkan beberapa malam, paling lama 5 malam, tidak membutuhkan waktu yang begitu lama karena santri-santri di Dayah sudah terbiasa di shalawat-shalawat dan zikir karena pada malam jum’at ada acara dalail.
Dikee adalah bahasa Arab yang sudah diacehkan, diambil dari kata ‘zikir’. Pengertiannya adalah shalawat-shlawat, istighfar, zikir yang dibacakan dalam memperingati kelahiran nabi Muhammad Saw.
Dikee tersebut terbagi kepada dua, yang pertama, dikee leungik dan kedua, dikee hana leeungik. Dikee leungik yaitu dikee yang dilakukan secara duduk dengan menggoyang-goyangkan badan. Dikee hana leungiek adalah dikee secara duduk yang tetap tanpa menggerak-gerakkan badan. Ulama-ulama Aceh berbeda perspektif mengenai dikee leungik, sebagian ulama tidak membolehkannya, untuk alasan kenapa tidak membolehkannya saya kurang memahaminya. Dan sebagian ulama membolehkan.
Kitab pegangan utama dalam membaca dikee adalah kitab Barzanji. Juga ada qasidah-qasidah dalam bahasa Aceh yang berisi nasehat-nasehat.
Darul Huda, 11 Januari 2013
teringat saat kecil klo hndak memasuki bulan maulid yg ank2 di kmpung2 ikut lathan meudikee,,,
BalasHapus