Dalam Alquran Allah tidak pernah menyebutkan nama perempuan kecuali Maryam. Di balik penyebutan nama Maryam ada hikmah yang tersembunyi. Hikmahnya yaitu untuk menolak dakwaan orang kafir yang mengatakan Maryam itu istri Allah.
Karena kebiasaannya orang-orang yang besar enggan untuk menyebut nama istrinya di hadapan banyak manusia.
Seolah-olah Allah berkata "Seandainya Maryam adalah istriku, sungguh aku tidak menyebutkan namanya secara jelas.
Senin, 18 Maret 2013
Hikmah di balik penyebutan nama Maryam dalam Alquran
Hikmah di balik penyebutan nama Maryam dalam Alquran
Dalam Alquran Allah tidak pernah menyebutkan nama perempuan kecuali Maryam. Di balik penyebutan nama Maryam ada hikmah yang tersembunyi. Hikmahnya yaitu untuk menolak dakwaan orang kafir yang mengatakan Maryam itu istri Allah.
Karena kebiasaannya orang-orang yang besar enggan untuk menyebut nama istrinya di hadapan banyak manusia.
Seolah-olah Allah berkata "Seandainya Maryam adalah istriku, sungguh aku tidak menyebutkan namanya secara jelas.
Sabtu, 02 Februari 2013
Wasiat guru Abul Hasan Asy Syadzily
Abul Hasan Asysyadzily ra berkata : Aku di pesan oleh guruku (Abdus Salam bin Masyisy ra) ; Jangan Anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mencapai keridhaan Allah, jangan duduk di majlis kecuali yang aman dari murka Allah, jangan bersahabat kecuali dengan orang yang dapat membantu Anda berbuat taat kepada Allah. Dan jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu kepada Allah. Padahal yang seperti demikian kini sangat jarang didapat.
Agar shalat menjadi khusyu'
Bagaimana caranya agar shalat khusyu'? Mungkin ini menjadi pertanyaan bagi Anda, juga bagi saya.
Dengan latar belakang inilah saya ingin menurunkan tulisan ini pada kesempatan kali ini.
Untuk menemukan jawaban, kita perlu menanyakan penyebab apa yang membuat shalat kita tidak khusyu?
Menurut saya ada beberapa penyebab kita tidak khusyu shalat;
1. Ketika kita shalat, dalam benak kita ingin agar kiranya shalat cepat selesai. Kita tidak ingin berlama-lama, seusai shalat kita langsung menggulung sajadah. Bila begini caranya Anda shalat, saya jamin Anda tidak akan pernah khusyu'.
Sekarang Anda harus mengubah sikap anda, Anda harus berpikir yang bahwa shalat itu hal utama. Tinggalkan sejenak kesibukan Anda, luangkan waktu yang sedikit lama untuk beribadah kepada Allah, tidak dengan terburu-buru.
2. Rasa terbebani
Bagi kita yang imannya masih tipis, shalat mungkin adalah kewajiban yang sangat berat dan mengikat. Kita harus menjaga waktu shalat sedemikian rupa, sehingga tidak membuat kita bebas bergerak.
Bila begini sikap Anda, tidak akan ada kekusyukan yang hadir dalam shalat.
Para generasi awal, mereka sangat merindukan tibanya waktu shalat,karena bagi mereka, dengan shalat mereka sangat dekat dengan Allah.
Sakingnya kusyu' shalat, diceritakan yang bahwa saidina Ali ra pernah tertusuk dengan busur panah, dan untuk mencabutnya sungguh sangat menyakitkan. Maka kemudian Saidina Ali Ra memerintahkan mencabut busur panah ketika sujud, karena ketika waktu sujud di situ tempat paling kusyu', hingga ia tidak merasakan apa-apa.
Maka solusinya, rindukan shalat.
Setiap orang berbeda cara untuk menghadirkan khusyu dalam shalat, sebagian orang mengatakan, kita harus membayangkan yang bahwa ini merupakan shalat terakhir kita.
Namun menurut saya, cara yang paling bagus yaitu dengan menghadirkan dalam hati kita yang bahwa Allah memperhatikan kita, bahkan Allah mengetahui apa yang kita pikirkan. Maka seyogianya merasa malu, kita menyembahnya namun kita tidak mengingatnya.
Wallahu A'lam
Jumat, 01 Februari 2013
Aceh dan sampah
Bukan hanya Jakarta yang mempunyai masalah dengan sampah, Aceh juga begitu. Lebih umumnya Indonesia bermasalah dengan sampah. Jakarta banjir gara-gara sampah yang memenuhi kali-kali dan sungai-sungai. Tidak adanya pengolaan sampah yang bagus inilah yang menjadi problem kita. Sampah-sampah yang ada dikota cuma di angkut keluar kota ditumpuk hingga menjadi bukit sampah yang terkadang bukit sampah membawa maut bagi warga-warga yang berdiam di dekat bukit sampah dengan sebab longsor.
Di Aceh masalah sampah belum sebegitu parah seperti Jakarta, namun bila tidak ada penanganan yang bagus bukan hal yang mustahil Aceh juga akan berubah seperti Jakarta. Kita bersyukur air sungai di Aceh tidak menghitam disebabkan oleh sampah seperti Jakarta walaupun masyarakat Aceh yang bertempat di pinggir sungai membuang sampah ke sungai seperti yang saya perhatikan di pinggiran sungai kota Lhoksukon tetapi yang bertempat di pinggir sungai di Aceh tidak banyak, berbeda dengan Jakarta yang pinggir sungainya penuh dengan pemukiman kumuh.
Namun bila masyarakat Aceh yang duduk dipinggiran sungai tidak mengubah perilakunya, bukan hal yang mustahil air sungai-sungai di Aceh akan berubah hitam seperti Jakarta.
Kamis, 31 Januari 2013
Selamatkan bahasa kami....!
Saya merasa miris sekarang melihat orang tua-orang tua tidak lagi mengajarkan bahasa daerah kepada anaknya, mereka lebih mengutamakan mengajari anaknya bahasa nasional. Maka tidak mengherankkan sekarang, orang asli Aceh, ayahnya Aceh ibunya Aceh dan berdomisili di Aceh namun tidak bisa berbahasa Aceh.
Bila dibiarkan saja begini, lama-kelamaan bahasa daerah akan musnah satu-satu. Indonesia yang kaya budaya dan bahasa akhirnya miskin bahasa dan budaya.
Lebih parahnya lagi, sebagian orang malu berbicara dengan bahasa daerahnya, di sini pada tempat kami di Aceh, tidak fasih berbicara bahasa Indonesia menjadi malu bagi seseorang. Namun apabila ia tidak bisa berbicara bahasa Aceh, dia tidak pernah merasa asing.
Bukan hanya karena bahasa nasional saja musnah bahasa daerah, bahasa internasional pu turut menggempur bahasa daerah. Tempat-tempat belajar bahasa asing terus bermunculan, seolah berbahasa asing itu sebuah kewajiban sedari melupakan bahasa daerah.
Kita melihat, untuk bahasa nasional ada pusat bahasa yang dibawahi oleh Departemen Pendidikan Naional, tapi untuk bahasa daerah apakah ada? Tidak ada yang menghiraukan, bagaimana kaedah-kaedah menulis dan berbicara dengan bahasa daerah, tidak ada buku-buku yang menjadi rujukan.
Jangan galau berbahasa Indonesia
Malam ini saya galau dalam menulis postingan di facebook, saya tidak tau harus menggunakan kalimat apa dalam mengungkapkan pikiran saya. Saya ingin menterjemahkan kata “sigoe-sigoe” (bahasa Aceh) ke dalam bahasa Indonesia. Apa saya harus menulisnya ‘sekali', sekali-kali,’ sekali-sekali’ atau ‘sesekali’?. Saya bingung, akhirnya saya mencoba mencari artikel di Google dan membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia yang ada dalam aplikasi Andoid saya, pada akhirnya saya menemukannya.
Sekali, sekali-sekali, sesekali dan sekali-kali, keempat kata tersebut termasuk dalam kata keterangan (adverbial) dan sama-sama diturunkan dari kata ‘kali’ yang mengatakan kekerapan atau kelipatan. Kata ‘sekali’ berarti satu kali. Kata ‘sekali-sekali’ berarti kadang-kadang, tidak kerap, tidak sering, atau tidak selalu. Kata ‘sesekali’ merupakan bentuk singkat dari sekali-kali dan memiliki arti yang sama. Kata ‘sekali-kali’ berarti sama sekali, sedikit pun (tidak), atau sedikit pun (jangan)
Perhatikan penggunaan di bawah ini
1. Baru sekali saya berkunjung ke rumahnya
2. Sekali-kali ia tidak memikirkan keluarganya
3. Dia hanya sekali-sekali datang kemari
Coba Anda perhatikan kesalahan saya dalam menulis postingan facebook malam ini “Suaranya serak mengumandangkan azan. Sesekali suaranya terputus ditengah azan. Maklum umurnya sudah menua. Namun ia tetap mengumandangkan azan, ini bukan pilihannya, tetapi karena terpaksa. Tidak ada orang lain yang mau, bukan karena tidak bisa, namun tidak cukup berani dan terbiasa.”
Kesalahan saya yang sangat fatal adalah memilih kata sesekali, padahalyang benar adalah sekali-sekali.
Referensi;
Sugono, D. (Ed). (2007). Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta Pusat: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Kamus Besar Bahasa Indonesia di Alikasi Android.